Sosok Arif Budimanta Stafsus Jokowi Meninggal Dunia

LatestNews – Ekonom Indonesia sekaligus Staf spesial Bidang Ekonomi jaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Arif Budimanta meninggal dunia antara hari ini, Sabtu (6/9/2025).
Lantas, siapakan sosok Arif Budimanta? Arif merupakan satu berasal dari sedikit ekonom Indonesia yang letakkan dirinya digaris depan pembelaan pada proses ekonomi konstitusi atau sering disebut sebagai demokrasi ekonomi, proses yang berlandaskan antara nilai-nilai Pancasila.
Sikap ini bukanlah pilihan yang mudah sebab berada pada posisi berseberangan dengan arus utama kapitalisme yang telah lama mengakar dan sering kali menguntungkan group elite politik dan ekonomi tertentu.
Namun, keberanian Arif Budimanta tidak hanya terletak antara konsistensinya dalam membela komitmen melainkan juga antara kemampuannya merumuskan kesimpulan ekonomi yang tajam dan solutif bagi kepentingan rakyat banyak.
Pertemuan pertama penulis dengan Arif terjadi kira-kira delapan th. lalu kendati jejak kiprahnya udah lama dikenal melewati tulisan-tulisannya yang sering muncul di berbagai media.
Setiap gagasannya senantiasa menghadirkan perspektif berlainan menembus batas angka-angka statistik dan buka Ruang diskusi baru perihal esensi ekonomi kerakyatan.
Analisisnya tidak cuman kritis sedangkan juga menghadirkan solusi yang menyentuh problem mendasar yang dihadapi masyarakat kecil, melansir pada Sabtu (6/9/2025).
Pandangannya konsisten bahwa ekonomi tidak semata permasalahan angka dan grafik, melainkan menyangkut keberlangsungan hidup petani, nelayan, perajin, dan pedagang kecil yang merasa tulang punggung perekonomian nasional.
Ekonom Pancasila
Sebagai seorang ekonom strukturalis, Arif berpegang antara kepercayaan bahwa kebijakan ekonomi perlu berpihak pada mereka yang termarjinalkan. Ia menolak pendekatan ekonomi yang cuman berfokus antara indikator makro yang sering kali menutupi ketimpangan dan kerentanan di tingkat mikro.
Bagi Arif, information semata-mata pintu masuk untuk sadari realitas sosial dan ekonomi masyarakat dari sana, ia mendorong lahirnya solusi konkret bagi grup yang paling terdampak oleh kebijakan, mencakup petani, nelayan, hingga pelaku usaha kecil.
Pendekatannya selamanya holistik untuk mengkombinasikan asumsi information kebijakan, dan resiko sosial, tanpa pernah meremehkan dimensi kemanusiaan.
Salah satu histori yang membekas adalah dikala Arif menjabat sebagai Staf teristimewa Presiden di bidang ekonomi pada masa kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi).
Dalam sebuah diskusi mengenai isu perberasan nasional, ia menyebabkan penulis sebagai narasumber. Arif tunjukkan keberpihakan nyata kepada pebisnis penggilingan padi kecil yang jadi tertekan oleh dominasi industri besar.
Ia menegaskan bahwa kebijakan pangan nasional tidak boleh sekadar beruntung korporasi besar, sedang juga wajib memberi Ruang bagi pelaku upaya kecil sehingga tetap bertahan dan berdaya saing.
Sikap ini mencerminkan komitmennya pada ekonomi Pancasila yang letakkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama.
Pemikir kritis
Kini, Arif Budimanta, sang penjaga gawang ekonomi Pancasila itu telah pergi, meninggalkan duka mendalam bagi dunia ekonomi Indonesia.
Kehilangannya bukan semata-mata dirasakan oleh keluarga, para kolega dan teman dekat sedangkan juga oleh bangsa yang perlu pemikiran-pemikiran kritis dan solutif seperti miliknya.
Arif udah perlihatkan teladan berkaitan bagaimana seorang ekonom akan mengkombinasikan pengetahuan keberpihakan, dan integritas.
Ia tidak sekadar merasa akademisi atau pejabat, melainkan seorang pejuang yang tetap memperjuangkan amanat konstitusi di dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Warisan pemikirannya berkaitan ekonomi Pancasila jadi sangat penting untuk tetap dihidupkan. didalam konteks pembangunan Indonesia hari ini, rencana Arif relevan untuk menjawab tantangan ketimpangan, eksploitasi sumber kekuatan dan lemahnya pertolongan terhadap kelompok rentan.
Ekonomi Pancasila yang ia perjuangkan menuntut keseimbangan pada efisiensi pasar dan pemerataan kesejahteraan, antara perkembangan ekonomi dan keberlanjutan sosial, serta pada kepentingan individu dan kebersamaan kolektif.
Gagasan ini bukan sekadar wacana, sedangkan termasuk saran praktis untuk membangun kebijakan publik yang lebih adil dan inklusif.
Penulis adalah Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES),CEO Induk Koperasi upaya Rakyat (INKUR), Direktur Cooperative Research Center (CRC) Institut Teknologi Keling Kumang.