Akademisi UI Sebut Bonus Demografi Tak Otomatis

Akademisi UI Sebut Bonus Demografi Tak Otomatis

Akademisi
Akademisi UI Sebut Bonus Demografi Tak Otomatis

LatestNews – Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana berkata urgensi pemberian sosial di dalam acara “Social Security Summit 2024” yang digelar di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (26/11/2024).

Dalam sesi diskusi, Gede memperkenalkan dua kata kunci utama: piramida penduduk dan perak atau silver. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan tantangan dan kesempatan yang terlihat berasal dari fenomena bonus demografi yang tengah dialami Indonesia.

Gede mengatakan bahwa bonus demografi merujuk terhadap keadaan dikala jumlah penduduk usia kerja atau produktif melebihi jumlah penduduk muda, anak-anak, dan lanjut usia.

“Ini diklaim sebagai bonus, yaitu dikala jumlah penduduk usia kerja atau penduduk produktif Indonesia itu melebihi penduduk muda, anak-anak, dan penduduk lansia,” ujar Gede.

Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah penduduk produktif yang besar tidak otomatis membuahkan produktivitas tinggi. Kondisi ini hanya bisa tercapai terkecuali penduduk produktif diinvestasikan dan ditingkatkan kekuatan kerjanya.

“Jadi jumlah penduduk produktif yang banyak tidak dan juga merta akan beri tambahan hasil, akan beri tambahan manfaat, akan beri tambahan produktivitas yang tinggi seumpama tidak diinvest, seumpama tidak ditingkatkan output kerjanya,” jelasnya.

Gede terhitung memaparkan bahwa piramida penduduk selagi ini mengarah terhadap pergantian besar di era depan, di mana kira-kira 30-40 % penduduk Indonesia diperkirakan akan masuk kategori lanjut usia (lansia).

“Nah menjadi piramida ini mengarahkan kami terhadap keadaan yang berikutnya. Kita akan melihat bahwa sebentar kembali penduduk di Indonesia akan hampir 30-40 persennya itu nanti akan masuk kategori lansia,” ungkapnya.

Generasi Rambut Perak dan Silver Economy

Ia mencatat bahwa terhadap 2022, terkandung tujuh provinsi di Indonesia yang punyai lebih berasal dari 10 % penduduk lansia, yang dilukiskan sebagai grup “rambut perak.”

“Penduduk produktif selagi ini terhadap pada akhirnya akan menjadi lansia di era depan. Oleh karena itu, kami perlu jadi membayangkan perencanaan jangka panjang,” ucapnya, seraya mengajak peserta diskusi untuk mengantisipasi pergantian ini lewat nujuman atau prediksi demografis.

Gede terhitung memperkenalkan istilah baru, Silver Generation atau generasi rambut perak, untuk menggambarkan penduduk lanjut usia yang tetap meningkat. Menurutnya, generasi ini punyai potensi besar untuk berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia lewat rancangan silver economy.

“Generasi rambut perak ini akan menciptakan silver economy, kesibukan perekonomian yang berkenaan dengan generasi rambut perak ini, yang bermakna kami punyai silver opportunity, kesempatan besar berasal dari generasi rambut perak yang akan segera mengisi Indonesia,” ujarnya.

Bonus Demografi

Ia menambahkan, walau Indonesia tengah menikmati bonus demografi, dividen berasal dari bonus selanjutnya masih perlu diciptakan lewat pengelolaan yang matang.

“Demografi Indonesia, bonus demografi ini belum selesai. Bonusnya saat ini udah kami nikmati, tetapi devidennya masih perlu kami ciptakan. Masih tetap kami create, kami generate,” tutup Gede.

LatestNews