Banjir Sibolga Tiga Hari Penuh Kegelisahan

LatestNews – Kota Sibolga, Tapanuli sedang Sumatera Utara porak poranda dihantam banjir bandang pada Senin (24/11/2025). Bencana besar yang tak pernah terbayangkan. menyimpan cerita duka, kecemasan dan ketakutan.

Eva Sanas Bondar, perempuan asal Sibolga, Tapanuli sedang yang saat ini merantau di Jakarta, meniti tiga hari yang penuh kecemasan Sejak mengenali ada bencana melewati kabar kawan dan info yang beredar di sarana sosial, hatinya segera tertuju pada keluarga di kampung halaman.Orang tua dan kakaknya tinggal di Sibuluan Nalambok. salah satu wilayah yang merasa zona terdampak paling parah.

Sejak hari Selasa (25/11/2025), tiap tiap menit Eva lalui untuk mencari info dan kabar keluarganya. Komunikasi teranyar bersama ibunya terjadi antara Senin 24 November 2025, malam. saat itu, sang ibu mengabarkan kondisi cuaca ekstrem yang telah berlangsung beberapa hari. Hujan tak kunjung reda, angin bertiup kencang, dan listrik yang padam.

“Terakhir di tanggal 24 November itu, di tanggal 24 November malam benar-benar mama aku bilang di sini hujan deras, angin kencang, telah beberapa hari tidak berhenti”, sadar Eva mencegah tangisnya, saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (28/11/2025).

Bagi Eva, tiap-tiap hari kudu dilalui bersama berkomunikasi dan berbagi kabar bersama keluarganya. tetapi sejak cuaca ekstrem di kampung halamannya, komunikasi bersama dengan keluarga terputus.

Upaya pertama yang dia kerjakan adalah menghubungi orang tua dan kakaknya melewati panggilan telepon seluler sampai WhatsApp dengan harapan jaringan knowledge masih dapat dibuka sedang hasilnya sama juga tidak ada ciri-ciri kesibukan dari ponsel keluarganya di kampung halaman tersebut

“Saya hubungi seluruh nya tetapi tidak datang yang aktif. dari WA terhitung tidak aktif,” kata Eva.

Kondisi terputusnya akses komunikasi, listrik yang padam, di sarana keluarganya berada, menjadi tiga hari paling menegangkan dan penuh takut didalam hidupnya. lebih-lebih saat komunikasi terakir, ada pesan mengiris berasal dari sang ibu di ujung telepon.

“Nanti andaikata hadir apa-apa jangan lupa cari mama ya”, jelas Eva bersama dengan nada lirih.

Dua Hari Tak dapat Tidur

Di tengah keresahan yang mendera, Eva berusaha keras melacak sadar keadaan keluarganya. selama dua hari, 25-26 November 2025, Eva berpikir beraneka cara apapun bakal ditunaikan untuk dapat mengetahui kabar keluarga. kegalauan menggelayuti Eva sepanjang dua hari.

Rasa kuatir perlahan bergeser terasa kepanikan. tiap-tiap menit mulai panjang, terutama saat beragam pemberitaan yang membuktikan situasi wilayah di Sibolga terdampak banjir. Eva menggunakan saat dengan terus memantau tempat sosial, menghubungi kerabat, dan melacak informasi berasal dari bermacam pihak, tetapi tak satu pun memberikan kepastian.

Dia lebih-lebih menghubungi Basarnas, kepolisian, dan sejumlah kerabat yang tinggal lebih dekat bersama lokasi bencana. cuman satu harapannya, kabar berkaitan kondisi keluarganya maupun perkembangan keadaan di Sibuluan Nalambok. sedangkan seluruh usaha itu berakhir tanpa kejelasan.

“Tidak ada satu informasi pun yang valid dari sana, lebih-lebih tidak datang bantuan,” ujarnya.

Tak bisa berbuat banyak berasal dari jauh, Eva melalui dua hari pertama dalam keadaan psikologis yang berat. Dia sulit tidur, kehilangan fokus, dan tidak bisa menjalankan aktivitas kerjanya.

“Tanggal 25-26 aku enggak dapat tidur, enggak bisa kerja,” ungkapnya.

Informasi yang beredar di media sosial sering simpang siur, sementara laporan resmi berasal dari lapangan tetap amat terbatas akibat buruknya akses komunikasi.

Di lagi tengah ketidakpastian info secercah harapan datang berasal dari sebuah perusahaan swasta di Sibolga yang tetap resmikan akses internet melewati jaringan Starlink. Eva segera menghubungi temannya yang bekerja di perusahaan selanjutnya berharap tolong untuk mengecek keadaan rumah keluarganya.

“Saya minta tolong ke rekan saya yang di sana untuk ke tempat tinggal aku menyaksikan tetapi ternyata tidak bisa gara-gara jalanan di sana datang yang putus,” jelas Eva.

Bagi Eva, dua itu terasa terlalu panjang. sedang dia tak boleh menyerah. Dia tetap mengupayakan melacak cara sehingga akan mengetahui keadaan keluarganya, sedangkan di sisi lain keterbatasan info di lokasi bencana buat tiap-tiap upaya seakan tak menemui jalan keluarnya.

Kabar yang Ditunggu selama Tiga Hari

Tiga hari tanpa kabar terasa seperti pas yang tak bergerak bagi Eva. setiap notifikasi yang muncul di ponselnya membuat jantungnya berdegup lebih cepat, bersender di antara banyaknya pesan masuk, ada satu yang berasal berasal dari keluarganya.

Hingga selanjutnya pada Kamis, 27 November sekitar pukul 16.00 WIB, telpon genggam punya Eva berbunyi. memberi sinyal aktivitas berasal dari nomor punya kakaknya. Lima menit yang amat singkat itu jadi titik terang setelah tiga hari Eva diselimuti rasa bimbang tanpa terdapatnya kepastian.

Pesan berasal dari sang kakak menjelaskan bahwa mereka selamat dan berada di pengungsian.

“Kami sehat, kita ulang di pengungsian”, ucap Eva menirukan pesan dari sang kakak.

Meski komunikasi ulang terputus tak lama kemudian kabar singkat itu memadai bagi Eva untuk bernapas lega sesudah menghindar kegalauan selama tiga hari.

“Langsung lega sih ya, saya segera dapat beraktivitas bersama baik, aku dapat makan dengan rutin meskipun sampai detik ini setelah dari jam empat sore itu tidak ada kabar lagi sampai detik ini, tapi setidaknya saya mengerti mereka safe di pengungsian,” katanya penuh perasaan lega.